Pruning Kelapa Sawit, Manfaat dan Tata Laksana di Perkebunan
Pruning kelapa sawit atau lebih dikenal dengan pemangkasan pelepah daun adalah hal yang sangat penting dilakukan di perkebunan kelapa sawit.
Pohon kelapa sawit yang tidak dipruning alias kelapa sawit gondrong akan menurunkan tingkat produksi dan dapat menyulitkan pemanenan TBS sawit, sehingga perlu dilakukan pemangkasan pelepah daun secara berkala.
Pruning atau pemangkasan pelepah-pelepah kelapa sawit yang sudah tua dan tidak lagi bermanfaat bertujuan agar unsur hara yang diserap pohon kelapa sawit dari tanah tidak terbuang sia-sia.
Pelepah kelapa sawit yang tidak lagi produktif masih mengambil sebagian nutrisi pupuk yang diberikan, ketika daun berfotosintesis (mengolah makanan) maka pelepah mati mendapat sebagian nutrisi tersebut.
Oleh karenanya pruning mesti dilakukan agar nutrisi tadi terdistribusi ke buah kelapa sawit sehingga buahnya menjadi besar dan lebat, dan tentunya berpengaruh pada penggunaan pupuk menjadi lebih efisien.
Hal yang perlu diperhitungkan adalah, pruning kelapa sawit akan mengurangi jumlah pelepah yang secara otomatis mengurangi daun. Maka pruning akan mengurangi tingkat fotosintesis.
Dilemanya adalah ketika pelepah sudah berkurang maka tingkat pemasakan unsur hara ikut berkurang dan berdampak serius jika dilakukan dengan cara yang salah (over pruning).
Maka dari itu perlu diperhitungkan tingkat keseimbangan pelepah yang perlu dibuang agar tanaman tidak terganggu pertumbuhannya akibat pemangkasan yang terlalu banyak.
Adapun manfaat pruning kelapa sawit diantaranya,
- Memudahkan pemanen saat pengambilan buah dari ketiak pelepah kelapa sawit.
- Mengurangi resiko buah tinggal / tersangkut di ketiak pelepah (losses)
- Menjaga kebersihan tanaman (sanitasi) agar tidak didatangi hama dan penyakit.
- Memudahkan pengamatan buah matang saat akan panen dan menghitung buah (sensus)
- Melancarkan proses penyerbukan (perkawinan) secara alamiah.
- Memudahkan pemupukan, pembersihan piringan sawit dan pengutipan brondolan.
- Membuang pelepah tidak produktif agar sebagian nutrisi tidak terbuang sia-sia.
- Memaksimalkan penggunaan unsur hara tanah dan pemupukan.
Kelapa sawit memiliki 8 pelepah pada setiap ruas yang membentuk spiral, pelepah termuda berada pada bagian pucuk dan tertua berada pada spiral terbawah. Jika dihitung maka ada 1 pelepah pada pucuk + 8 pelepah dibawahnya (sehingga total pelepah ada 9).
Pelepah-pelepah baru lebih cepat tumbuhnya pada tanaman sawit muda (proses generatif masih tinggi), sehingga tidak dibenarkan untuk melakukan pruning pada fase ini. Jika dilakukan, maka dikhawatirkan akan mengganggu tumbuh kembang tanaman sawit kedepannya.
Pruning pada fase tanaman muda hanya diperbolehkan untuk tujuan sanitasi. Pruning sanitasi dilakukan untuk membuang pelepah yang tua/mati.
Teknik pruning kelapa sawit
- Pemangkasan pelepah dilakukan serapat mungkin dengan batang pohon — Selain mengurangi losses, ini bertujuan agar brondolan tidak tersangkut pada sisa potongan pelepah. Sisa brondolan yang tertinggal pada ketiak pelepah bisa mengalami pembusukan dan mengundang hama penyakit seperti kumbang kelapa. Pruning pelepah tidak boleh melukai batang pohon.
- Lakukan pemangkasan mengikuti alur pohon kelapa sawit — Jika arah pelepah ke sebelah kanan, maka lakukan pruning dari sebelah kiri. Ini bertujuan agar tidak tertimpa pelepah dan mengakibatkan cedera.
- Untuk pohon kelapa sawit muda tidak dibenarkan pakai kapak — Sebaiknya gunakan dodos, jika tanaman sudah tinggi bisa dilakukan dengan menggunakan egrek yang biasa digunakan saat memanen sawit.
- Pelepah yang telah dipotong dikumpulkan dan dirumpuk di gawangan mati — Bisa dengan menerapkan rumpukan berbentuk "U". Tidak dibenarkan membuang sisa pelepah ke parit. Pelepah sisa pruning dapat memberikan unsur hara dan menjaga kelembapan tanah. Sehingga pertumbuhan akar menjadi lebih baik.
Aturan Songgo
Jumlah pelepah yang optimal pada pokok kelapa sawit adalah minimal 56 - 64 pelepah. Perlu diperhatikan bahwa jumlah ini harus tetap dijaga agar proses fotosintesis pada tanaman tetap optimal.
Apa yang dimaksud dengan songgo 1, songgo 2 dan songgo 3 ?
Songgo artinya jumlah pelepah yang menyangga atau menopang buah kelapa sawit. Dengan menggunakan aturan songgo, maka ditetapkan pelepah yang menopang berjumlah 8 buah atau "songgo satu", didefinisikan sebagai satu baris spiral dibawah buah.
Songgo dua artinya dua baris spiral atau 16 pelepah, songgo tiga artinya tiga baris spiral atau 32 pelepah.
Pemanen perlu memahami bahwa aturan ini harus dipahami dengan baik, agar ketika menurunkan buah tidak asal potong pelepah (over pruning). Jika aturan songgo diterapkan dengan baik, maka sistem "curi buah" bisa dilakukan. Curi buah artinya menurunkan buah tanpa memotong pelepah dibawahnya.
Songgo tiga diterapkan pada tanaman berusia muda (3-4 tahun), songgo dua pada tanaman berusia (5-8 tahun) dan songgo satu pada tanaman yang suda tinggi (diatas 9 tahun).
Tidak dibenarkan melakukan pruning pada tanaman sakit / defisiensi, cukup lakukan pruning hanya membuang pelepah kering / mati saja. Selalu pertahankan jumlah pelepah yang ideal yaitu sekitar 56 - 64 pelepah
Kegiatan pruning dilakukan pertama kali bersamaan dengan waktu kastrasi. Kastrasi merupakan pembuangan bunga dan buah awal (buah pasir) saat tanaman masih belajar menghasilkan.
Pruning Sanitasi
Pelaksanaan pruning dengan hanya membuang pelepah yang kering/mati saja. Dilakukan saat tanaman menginjak usia sekitar 17-19 bulan. Pruning sanitasi dilakukan terus sampai tanaman berusia 4 tahun.
Pruning Normal
- Tanaman berusia 4 tahun sudah bisa dilakukan pruning dengan ketentuan 48 – 56 pelepah per pohon atau 2-3 pelepah di bawah tandan buah. Pelepah mati tetap dibuang (sanitasi) dan ini terus dilakukan hingga sawit berumur 5 – 7 tahun.
- Memasuki usia 8 –15 tahun pelepah dikurangi menjadi hingga sekitar 40 – 48 pelepah, atau 1-2 pelepah di bawah tandan buah.
- Diatas usia 15 tahun tetap dijaga hingga setidaknya 40 pelepah per tanaman, atau 1 pelepah di bawah tandan buah.
- Disamping dilakukan pemangkasan, sambil membuang tanaman liar / pakis dan sekaligus membuang buah abnormal dan busuk
Waktu Pruning
Waktu pelaksanaan pruning bisa dibagi menjadi 2 bagian
- Pruning Progresif — Pruning dilakukan setiap saat, yaitu saat melakukan panen, petugas melakukan pemangkasan pelepah sambil menjaga jumlah pelepah ideal. Ini sangat efektif dilakukan karena membuat tanaman tidak stress karena pemangkasan dilakukan sedikit demi sedikit. Disamping itu dapat mengurangi biaya pemeliharaan.
Pelaksanaan pruning progresif dapat dilakukan dengan sistem rotasi, dimana pekerja langsung melakukan pruning setiap sebulan atau dua bulan sekali. Perlu dilakukan pengawasan mandor untuk tanaman yang mulai berbunga.
- Pruning Korektif — Pruning korektif dilakukan per 6 bulan atau setahun sekali dan dengan pengawasan mandor. Ini bertujuan untuk menyeragamkan kondisi lapangan dimana terjadi kelebihan pruning (over pruning) dan kekurangan pruning (under pruning). Pruning korektif dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor / kondisi yang diakibatkan kekurangan tenaga karyawan, ketidakmerataan pembagian hancak dan besaran upah.
Komentar