4 Dampak Negatif akibat Losses Panen di Perkebunan Kelapa Sawit
Produk hasil dari industri perkebunan kelapa sawit, adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Secara umum ukuran yang digunakan bukan berat tandan per hektar, namun kuantitas kandungan minyak dan intinya dalam satuan per hektar.
Secara umum, dalam menilai matangnya buah kelapa sawit diukur dengan parameter jumlah kandungan minyaknya. Ketika buah matang sebenarnya yang dipanen adalah buah yang jatuh membrondol, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena kesulitan pengutipan brondolan itu sendiri.
Oleh karena itu, di lapangan terkadang muncul kesalahan akibat pengutipan brondolan yang dapat menyebabkan persentasi asam lemak bebas pada minyak menjadi tinggi.
Konsumen / pembeli minyak sawit menghendaki kandungan asam lemak bebas serendah mungkin, namun hal ini hanya bisa dicapai jika buah yang dipanen sangat muda (fresh), sedangkan memotong buah mentah saat pemanenan juga tidak mungkin dilakukan karena berakibat rendahnya produksi ketika ekstraksi minyak dan inti sawit.
Losses adalah kehilangan produksi dalam usaha perkebunan dimana bentuknya adalah kehilangan buah tandan segar atau brondolan sehingga persentase berat menjadi menurun. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan perkebunan ataupun pendapatan yang kurang maksimal.
Berikut ini adalah beberapa bentuk losses yang sering terjadi dilapangan dan dampak negatifnya
Salah satu sumber losses terbesar berasal dari buah mentah. Ketika buah mentah dipanen maka tidak akan menghasilkan minyak, sedangkan upah panen tetap dibayar sehingga menimbulkan kerugian berlipat.
Pemanenan buah mentah juga menyebabkan turunnya kedisiplinan karyawan pemanen. Disamping itu juga membuat tanaman lebih berpotensi "stres" akibat pemanenan yang terlalu dini.
Saat pengolahan buah di PKS ketika buah mentah dan buah matang bersatu justru akan menyerap minyak yang dihasilkan buah lain. Mesin pengolahan PKS (thresser) juga bekerja lebih berat sehingga menambah potensi kerusakan peralatan.
Efek lainnya juga mengakibatkan turunnya efisiensi pengolahan karena harus direbus 2 kali.
Solusi untuk menghindari pemanenan buah mentah, maka di perkebunan harus tetap menjaga rotasi / pusingan tetap normal yaitu sebanyak 7 hari. Semakin cepat rotasi / pusingan maka potensi buah mentah dipanen akan meningkat.
Dampak pendeknya pusingan bisa menyebabkan karyawan pemanen justru memotong buah yang masih mentah akibat malas mengutip brondolan karena lama waktu pengutipan.
Sekali lagi, kerugian akibat buah mentah memiliki dampak yang besar pada perkebunan kelapa sawit.
Losses akibat Buah Mentah |
Tanaman "Stres" akibat buah dipanen terlalu cepat |
Mengurangi kedisiplinan karyawan pemanen |
Tidak menghasilkan minyak |
Menyerap minyak dari buah lainnya |
Mesin PKS bekerja lebih berat |
Upah karyawan pemanen tetap dibayar |
Brondolan adalah buah kelapa sawit yang terlepas dari tandannya secara alamiah. Brondolan merupakan bagian buah kelapa sawit yang paling banyak menghasilkan minyak. Bagian ini disebut mesocarp.
Jika ekstraksi pada TBS berkisar antara 20 – 25% maka ekstraksi brondolan bisa sampai 40 – 45%.
Artinya jika pengutipan brondolan diabaikan maka ini merupakan kerugian yang signifikan dan menyebabkan losses.
Dengan tidak mengutip brondolan akan secara langsung mengurangi jumlah minyak yang bisa dihasilkan. Secara tidak langsung hanya mengantar janjangan kosong ke PKS.
Dalam jangka panjang, brondolan yang tertinggal di areal juga mengakibatkan tumbuhnya gulma yang dinamakan kentosan. Kentosan ini merupakan salah satu jenis gulma yang sukar dikendalikan.
Jika sudah begini akan menyebabkan kerugian ekstra karena untuk mengendalikannya membutuhkan tenaga, alat dan bahan, yang tentunya membuat pengeluaran tambahan untuk pengadaannya.
Umumnya lokasi-lokasi tempat brondolan tertinggal yaitu ketiak daun, piringan, TPH, batang, gawangan mati/rumpukan, pasar rintis, parit, jalan dan rumah.
Agar brondolan yang jatuh tidak terlalu banyak, maka usaha yang pertama-tama perlu dilakukan adalah pengendalian pusingan.
Salah satu penyebab losses diakibatkan oleh buah matang tinggal di pokok, ini jelas merugikan karena kita tidak mendapatkan minyak dari buah tersebut.
Buah matang yang tertinggal pada pusingan akan menjadi overripe, parahnya bila buah tersebut telah menjadi buah busuk, maka bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan ALB (Asam Lemak Bebas) saat TBS nanti diolah di PKS.
Asam lemak bebas tinggi akan menyebabkan menurunnya harga CPO yang dihasilkan. Bahkan buah busuk ini akan berakibat langsung terhadap karyawan pemanen itu sendiri, yaitu menurunnya produksi yang dikarenakan brondolan yang dikutip terlalu banyak.
Terjadinya buah matang yang ditinggal di pokok, biasanya disebabkan oleh kejelian pemanen yang kurang yang disebabkan oleh kedisiplinan karyawan, karyawan yang telah berumur tua atau karyawan yang terjadi gangguan kesehatan mata.
Oleh karena itu, selain melihat brondolan yang jatuh di piringan, pemanen harus jeli melihat kematangan buah di pokok.
Agar panen terkonsentrasi di satu tempat yaitu pembuatan seksi panen. Dengan adanya ini, maka diharapkan lebih mudah untuk melaksanakan pengawasan panen,
Ini dapat memudahkan pengawasan terhadap keamanan buah/brondolan yang masuk ke TPH. Sistem penghancakan juga dapat memengaruhi kecepatan dan terkonsentrasinya buah.
Sistem hancak giring baik murni maupun tetap mandoran, biasanya akan lebih cepat buah keluar dibandingkan dengan sistem hancak tetap.
Pencurian buah juga dapat terjadi langsung di lapangan dengan menurunkan buah dari pokok atau juga mengutip brondolan langsung di piringan. Buah/brondolan yang dicuri jelas-jelas menyebabkan tonase yang didapat akan berkurang, sedangkan biaya panen tetap.
Selain mengambil buah dan brondolan, pencurian juga dapat merusak hancak dengan membuat pelepah patah sehingga menjadi pemicu beruntun losses pada panen di perkebunan kelapa sawit.
Berikut tadi 4 dampak negatif akibat losses panen di perkebunan kelapa sawit, terima kasih telah membaca. Salam planters!
Komentar